Uya Kuya ke Para Penjarah Rumahnya: “Semoga Apa yang Kalian Ambil Bermanfaat”
Jakarta, 1 September 2025 — kata Uya Kuya untuk para penjarah rumahnya menjadi sorotan setelah kediamannya di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur, dijarah massa. Melalui unggahan di media sosial, anggota DPR RI itu menulis pesan singkat yang viral: “Semoga apa yang kalian ambil bermanfaat buat kalian.” Di saat bersamaan, Uya juga menayangkan ulang (repost) dukungan dari warganet yang mengaku pernah terbantu olehnya dan menyampaikan permohonan maaf terbuka kepada publik.
Pesan Uya Kuya Usai Penjarahan
Dalam unggahan singkatnya, Uya Kuya menuliskan, “Semoga apa yang kalian ambil bermanfaat buat kalian.” Kalimat ini memantik reaksi beragam, mulai dari apresiasi atas sikap legawa hingga kritik yang mempertanyakan mengapa penjarahan bisa terjadi. Sejumlah tayangan ulang dari akun-akun hiburan dan berita memastikan pesan itu diunggah Uya di linimasa pribadinya, bersamaan dengan story lain yang menampilkan kondisi rumah setelah kejadian.
Pernyataan Maaf Terbuka
Sebelum peristiwa penjarahan, Uya Kuya juga mengunggah video permohonan maaf. Dalam video itu, ia menyampaikan penyesalan “tulus dari hati yang paling dalam” kepada masyarakat Indonesia atas kegaduhan beberapa hari terakhir—tanpa memaparkan klarifikasi teknis. Menurut Uya, permintaan maaf itu ditujukan untuk meredakan suasana dan mengakui adanya hal-hal yang mungkin menyinggung publik, baik disengaja maupun tidak disengaja.
Uya Kuya: “Saya Uya Kuya menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya, tulus dari hati saya yang paling dalam untuk seluruh masyarakat Indonesia, atas apa yang terjadi beberapa hari terakhir ini, atas apa yang saya lakukan baik sengaja maupun tidak sengaja.”
Kronologi Singkat dan Situasi di Lapangan
Penjarahan rumah Uya Kuya terjadi pada Sabtu malam (30/8). Video dari warga memperlihatkan kerumunan yang memadati sekitar rumah, sebagian merekam dan memotret kondisi bagian dalam kediaman. Setelah viral, aparat kepolisian melakukan penindakan dan mengamankan sejumlah orang terduga pelaku. Penyelidikan atas peran masing-masing pihak masih berlangsung, sementara pihak keluarga memastikan mereka dalam keadaan aman.
Respons Emosional: Kucing Ikut Dijarah
Di tengah berbagai unggahan, Uya Kuya menyinggung satu hal yang membuatnya paling sedih: kucing-kucing peliharaan di rumah yang ikut raib. Ia menyebut sangat menyayangkan ketika “makhluk hidup” turut jadi sasaran dalam kekacauan. “Intinya aku ikhlas saja, cuma yang sedih kucing-kucing,” kata Uya. Respons warganet pun memadati kolom komentar, banyak yang menawarkan bantuan untuk mencari dan menampung kucing-kucing tersebut.
Dinamika di Media Sosial: Repost Dukungan, Klarifikasi Hoaks
Usai kejadian, Uya aktif me-repost unggahan dukungan dari warganet yang mengaku pernah menerima bantuan darinya. Di saat yang sama, ia menyoroti kemunculan potongan video lawas yang diunggah ulang oknum dengan narasi menyesatkan, termasuk cuplikan saat dirinya berjoget di forum resmi kenegaraan. Menurut Uya, banjir hoaks memperkeruh suasana dan ikut memantik amarah publik.
Langkah Penegakan Hukum
Polisi menyatakan telah menangkap dan memeriksa sejumlah terduga pelaku penjarahan. Tahap pemeriksaan awal berfokus pada penggalian motif, pengumpulan alat bukti dari lokasi, serta penelusuran barang-barang yang diduga diambil dari rumah Uya Kuya. Aparat juga mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan tindakan main hakim sendiri dan mempercayakan proses pada jalur hukum.
Reaksi Publik: Antara Empati dan Tuntutan Keadilan
Di jagat maya, respons terhadap pesan Uya Kuya terbelah. Sebagian mengapresiasi sikap legawa, terutama kalimat “Semoga apa yang kalian ambil bermanfaat,” yang dinilai menurunkan tensi dan mencegah provokasi lanjutan. Namun ada pula yang menuntut garis tegas: penjarahan adalah tindak pidana yang merugikan dan harus diproses. Di ruang yang sama, muncul pula seruan agar para figur publik berhati-hati dalam berkomunikasi karena efeknya dapat berlipat ganda.
Membaca Ulang Narasi: Transparansi, Empati, dan Akuntabilitas
Kasus Uya Kuya memperlihatkan betapa cepatnya percakapan publik bereskalasi ketika menyangkut figur publik yang tengah menjabat. Transparansi data, kehati-hatian berucap, dan sensitivitas terhadap situasi menjadi perhatian banyak pihak. Sementara itu, keberanian untuk meminta maaf juga diapresiasi, sepanjang diikuti langkah konkret untuk memperbaiki keadaan—baik memperjelas informasinya, membantu kerja aparat, maupun meredakan emosi kolektif.
Bagaimana Publik Bisa Membantu?
- Tidak menyebar hoaks: periksa sumber sebelum meneruskan video/foto yang memicu amarah.
- Salurkan informasi ke aparat: jika mengetahui keberadaan barang-barang yang diambil atau pelaku, segera laporkan.
- Empati yang proporsional: dukung pemulihan korban tanpa membenarkan tindakan melawan hukum.
