Trump: Thailand dan Kamboja Sepakat Akhiri Bentrokan Perbatasan Usai Dipanggil Lewat Telepon
Jakarta — Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan bahwa pemimpin Thailand dan Kamboja telah mencapai kesepakatan untuk menghentikan bentrokan militer di perbatasan yang selama beberapa hari terakhir berlangsung sengit. Menurut Trump, kesepakatan baru ini tercapai setelah dia melakukan panggilan telepon terpisah dengan Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul dan Perdana Menteri Kamboja Hun Manet.
Dalam pernyataannya yang dibagikan melalui platform media sosial Truth Social, Trump menyampaikan bahwa kedua pemimpin menyetujui penghentian semua tembakan efektif mulai malam ini dan akan kembali pada kesepakatan perdamaian awal yang sebelumnya telah mereka sepakati. Trump juga menyampaikan terima kasih kepada Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, yang menurutnya membantu dalam proses mediasi antara kedua negara.
Latar Belakang Kekerasan di Perbatasan
Bentrok di perbatasan antara Thailand dan Kamboja kembali meningkat dalam beberapa hari terakhir setelah perselisihan lama terkait batas wilayah yang bermula sejak era kolonial. Selama minggu ini, setidaknya 20 orang tewas akibat konflik, sementara ribuan lainnya terluka dan sekitar setengah juta warga sipil terpaksa mengungsi dari kampung halaman mereka karena kekerasan yang tak kunjung reda.
Kedua negara saling menyalahkan atas pecahnya kembali kekerasan setelah gencatan senjata sebelumnya, yang merupakan bagian dari Perjanjian Perdamaian Kuala Lumpur yang ditandatangani pada bulan Oktober 2025. Perjanjian itu sendiri berupaya menstabilkan hubungan bilateral melalui komitmen bersama untuk menghentikan permusuhan dan mencari penyelesaian diplomatik atas sengketa wilayah.
Pernyataan Trump dan Isi Percakapan Telepon
Trump mengatakan bahwa percakapan dengan kedua pemimpin berlangsung “sangat baik” dan menegaskan bahwa kedua negara sekarang “siap untuk perdamaian dan kelanjutan perdagangan dengan Amerika Serikat.” Dia menambahkan bahwa kesepakatan yang dicapai hari ini adalah bagian dari usaha untuk kembali pada gencatan senjata yang pernah dibuat di bawah tekanan diplomatik yang kuat, termasuk dari pihak AS dan Malaysia.
Menurut Trump, pendekatan diplomatik melalui percakapan telepon ini dapat mencegah eskalasi yang lebih luas, dan peran pihak ketiga sangat penting untuk menciptakan momentum baru menuju perdamaian. Pernyataan ini muncul di tengah kekhawatiran internasional bahwa konflik antara dua negara Asia Tenggara ini bisa menarik perhatian global dan memicu instabilitas kawasan.
Reaksi dari Thailand
Setelah berbicara dengan Trump, Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul menegaskan bahwa meskipun pernyataan mengenai penghentian tembakan telah dilontarkan oleh Trump, pihaknya ingin memastikan bahwa gencatan senjata benar-benar diikuti dengan tindakan nyata dari pihak Kamboja. Anutin menyatakan bahwa Thailand menghormati kesepakatan sebelumnya, tetapi langkah konkret seperti penarikan pasukan dan jaminan keamanan harus dipastikan sebelum bentrokan berhenti sepenuhnya.
Pemimpin Thailand itu juga menyampaikan bahwa negosiasi lebih lanjut masih diperlukan agar komitmen untuk mengakhiri pertumpahan darah dipahami dengan jelas oleh semua pihak yang terlibat. Kecerobohan kecil dalam pemahaman kesepakatan dapat menjadi sumber salah tafsir dan potensi konflik baru di masa mendatang.
Situasi di Kamboja
Hingga saat ini, pemerintah Kamboja belum merilis pernyataan resmi yang mendetail menanggapi klaim penghentian bentrokan yang diumumkan oleh Trump. Namun dari tanda-tanda awal, pihak Kamboja terlihat terbuka terhadap negosiasi damai dan siap terlibat dalam diskusi lanjutan untuk menyelesaikan sengketa yang telah berlangsung bertahun-tahun ini.
Tantangan Perdamaian Kedepan
Meski berita mengenai kesepakatan menghentikan bentrokan memberikan harapan baru, realitas di lapangan menunjukkan bahwa implementasi gencatan senjata bukan perkara mudah. Latar belakang sejarah panjang sengketa wilayah dan kerumitan hubungan bilateral menjadi tantangan tersendiri. Selain itu, kepentingan politik domestik di kedua negara turut mempengaruhi proses diplomasi yang sedang berjalan.
Jika kedua negara mampu menghidupkan kembali komitmen guna memastikan tidak ada lagi tembakan atau serangan bersenjata di perbatasan mereka, maka langkah itu bisa menjadi tonggak penting menuju stabilitas jangka panjang. Namun jika kesepakatan tidak diikuti tindakan di lapangan, bentrokan dapat kembali terjadi dalam waktu dekat.
Kesimpulan
Kesepakatan yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump merupakan perkembangan penting dalam upaya meredakan bentrokan antara Thailand dan Kamboja. Usaha diplomatik melalui panggilan telepon menandai salah satu momen penting dalam konflik yang telah menewaskan puluhan orang dan mengusir ratusan ribu warga sipil dari rumah mereka. Namun, keberhasilan nyata gencatan senjata ini akan sangat bergantung pada implementasi di lapangan dan komitmen kedua negara untuk menepati janji mereka.

