Istri Mantan Perdana Menteri Nepal yang Rumahnya Dibakar Diduga Tewas, Faktanya Masih Bertahan Hidup
Kathmandu, Nepal, 12 September 2025 – Kabar mengejutkan sempat beredar bahwa Rayjyalaxmi Chitrakar, istri mantan Perdana Menteri Nepal, Jhalanath Khanal, telah meninggal dunia setelah rumahnya dibakar oleh demonstran. Namun laporan terkini menyebutkan bahwa klaim kematiannya tidak benar. Chitrakar masih hidup dan tengah mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit, meskipun kondisinya kritis.
Kronologi Kejadian
Pada Selasa, 9 September 2025, Nepal dilanda kerusuhan besar setelah unjuk rasa memprotes kebijakan pemerintah yang membatasi akses ke media sosial seperti Facebook, X, dan YouTube. Pemerintah memutuskan bahwa platform-platform tersebut harus mendaftar dan tunduk pada pengawasan lokal — sebuah keputusan yang memicu reaksi keras publik.
Demonstrasi awalnya berjalan damai, tetapi kemudian meluas menjadi aksi kekerasan ketika massa menyerang gedung-gedung pemerintahan, kantor partai politik, dan kediaman tokoh publik. Dalam situasi ini, rumah milik Rayjyalaxmi Chitrakar di kawasan Dallu, Kathmandu, terbakar. Media lokal awalnya melaporkan bahwa Chitrakar tewas setelah terperangkap dalam kobaran api saat rumahnya dibakar.
Klarifikasi Terbaru: Chitrakar Masih Hidup
Laporan kematian Rayjyalaxmi Chitrakar akhirnya dibantah. Media lokal Nepal, termasuk Khabar Hub dan Kantipur, mengoreksi laporan awal mereka. Berdasarkan informasi dari keluarga dan sumber medis, Chitrakar sedang dirawat di Rumah Sakit Luka Bakar Kirtipur, dalam kondisi kritis. Beberapa bagian tubuhnya mengalami luka bakar serius, dan juga terdapat kerusakan pada paru-parunya.
Keterangan lengkapnya menyebutkan bahwa meskipun kondisinya berat, Chitrakar tidak tewas seperti yang sebelumnya dikabarkan. Berbagai media India seperti First Post telah memuat status terkini berdasarkan klarifikasi tersebut.
Siapa Rayjyalaxmi Chitrakar dan Jhalanath Khanal
Rayjyalaxmi Chitrakar adalah istri dari Jhalanath Khanal, politikus senior yang pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Nepal selama sekitar enam bulan pada tahun 2011. Khanal adalah salah satu tokoh politik yang dikenal lama, dan kehadirannya selalu menarik perhatian dalam kajian politik dan media di Nepal.
Rumah pasangan ini berada di daerah Dallu, sebuah kawasan permukiman di Kathmandu yang tidak luput dari sorotan media selama kerusuhan. Karena status sosial dan posisi politik Khanal, insiden di kediaman mereka menjadi salah satu yang mendapat liputan luas.
Latar Belakang Demonstrasi dan Kerusuhan
Demonstrasi yang berlangsung di Nepal bukan hanya sebagai protes terhadap pemblokiran platform media sosial. Pemicu utamanya adalah ketidaksepakatan publik atas kebijakan pemerintah yang dianggap membatasi kebebasan berekspresi dan akses informasi. Pemblokiran media sosial dianggap sebagai langkah represif yang memicu gelombang protes yang lebih luas.
Setelah media sosial diblokir, pemerintah kemudian mencabutnya pada Senin malam, 8 September 2025. Namun keputusan itu tidak serta-merta meredakan aksi protes. Demonstran tetap turun ke jalan, memperluas tuntutan mereka termasuk kritik terhadap korupsi di kalangan elite politik Nepal.
Kerusuhan kemudian meningkat ketika aparat kepolisian menembakkan peluru terhadap demonstran. Setidaknya 22 orang dikabarkan tewas dalam bentrokan antara massa dan aparat keamanan. Kemarahan publik kian membara saat korban tewas akibat tindakan aparat mulai terungkap.
Dampak Sosial dan Politik
Keberguncangan yang ditimbulkan oleh kerusuhan ini sangat besar. Rumah-rumah tokoh publik, termasuk milik Chitrakar, menjadi sasaran kemarahan warga. Situasi ini memperlihatkan seberapa dalam ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah—terutama yang terkait hak digital, kebebasan berekspresi, dan integritas pejabat negara.
Pengunduran diri Perdana Menteri Khadga Prasad Sharma Oli diumumkan Selasa, 9 September 2025, sebagai salah satu respons politik terhadap gejolak publik. Namun pengunduran diri ini dinilai belum mampu menjawab kekhawatiran masyarakat yang lebih luas.
Kondisi Rumah Sakit dan Perawatan Medis
Rayjyalaxmi Chitrakar dirawat di Rumah Sakit Luka Bakar Kirtipur, fasilitas medis yang khusus menangani kasus-kasus luka bakar di Kathmandu. Tim medis melaporkan bahwa luka bakarnya cukup parah, mencakup beberapa bagian tubuh dan dengan komplikasi di paru-paru yang meningkatkan risiko kematian. Meski demikian, kondisi pasien dikonfirmasi belum pasti, dan detail lebih lanjut mengenai prognosis belum dibuka secara umum.
Keluarga menyebut bahwa koreksi informasi terjadi setelah kesalahpahaman awal, di mana berita kematian beredar berdasarkan laporan awal yang belum diverifikasi sepenuhnya. Media lokal kemudian memperbaharui laporannya agar lebih mendekati fakta medis dan dari sumber resmi.
Kesalahan Laporan Awal dan Peran Media
Media lokal Nepal sempat memberitakan bahwa Chitrakar telah tewas. Sumbernya adalah laporan keluarga dan satu media lokal yang mengutip rumor di tengah kerusuhan. Namun laporan tersebut kemudian dikoreksi karena tidak ada konfirmasi resmi dari pihak rumah sakit atau otoritas yang berwenang.
Salah satu pelajaran penting dari kejadian ini adalah bahwa di saat krisis, informasi dapat menyebar cepat sebelum diverifikasi. Media memegang tanggung jawab besar untuk memastikan kebenaran sebelum menerbitkan laporan sensitif, terutama yang berkaitan dengan keselamatan nyawa seseorang.
Reaksi Publik dan Politik
Berita adanya korban di kalangan elite politik telah memicu empati luas dari publik. Media sosial menjadi media utama bagi masyarakat untuk menyuarakan keprihatinan, dukungan, dan kecaman terhadap kekerasan yang terjadi. Banyak yang menyerukan agar pemerintah mengusut tuntas pelaku kerusuhan dan memastikan keamanan warga sipil.
Di lain pihak, politisi oposisi menggunakan kasus ini untuk mengkritik pemerintahan saat ini atas kegagalannya menjaga stabilitas dan keamanan masyarakat. Mereka menuntut transparansi dalam investigasi insiden-insiden kekerasan dan pertanggungjawaban aparat yang bertindak kasar.
Prospek ke Depan
Dalam waktu dekat, beberapa hal penting patut diperhatikan:
- Verifikasi independen atas kondisi Rayjyalaxmi Chitrakar; akses terhadap laporan medis yang bisa dipublikasikan secara resmi.
- Penyelidikan terhadap insiden pembakaran rumah, termasuk siapa pelaku, bagaimana akses ke lokasi, dan mengapa demonstran memilih menggunakan kekerasan.
- Reformasi kebijakan terkait kontrol atas media sosial dan kebijakan pengawasan internet, agar tidak memicu konflik serupa di masa depan.
- Penanganan korban kerusuhan yang lebih adil dan perhatian terhadap korban sipil agar dampak konflik tidak berkepanjangan.
Kesimpulan
Laporan awal yang menyebut bahwa istri mantan Perdana Menteri Nepal telah tewas setelah rumahnya dibakar oleh demonstran ternyata tidak benar. Rayjyalaxmi Chitrakar masih hidup dan dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis. Kesalahpahaman ini membuka kembali diskusi penting tentang tanggung jawab media, verifikasi berita dalam situasi krisis, dan isu-isu terkait kebebasan berekspresi serta kebijakan pengawasan pemerintah terhadap media sosial.
Kejadian ini juga mencerminkan bahwa dalam situasi konflik dan demonstrasi publik, informasi bisa berubah cepat—apa yang awalnya diklaim sebagai fakta bisa saja bersifat sementara dan butuh konfirmasi lebih jauh.
