Korban Tewas Ponpes Sidoarjo Ambruk Bertambah Jadi 45 Orang
Sidoarjo — Jumlah korban meninggal dunia akibat ambruknya bangunan pondok pesantren di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, kembali bertambah. Berdasarkan data resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Sabtu (5/10/2025) malam, total korban tewas mencapai 45 orang, sementara puluhan lainnya masih dalam perawatan di berbagai rumah sakit.
Peristiwa tragis ini terjadi dua hari sebelumnya, ketika bangunan utama pondok pesantren ambruk tiba-tiba saat para santri sedang beraktivitas di ruang belajar. Sebagian besar korban merupakan santri dan pengajar yang tertimpa reruntuhan bangunan beton setinggi tiga lantai.
Proses Evakuasi Masih Berlangsung
Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Abdul Muhari, menyampaikan bahwa hingga Sabtu malam, tim gabungan SAR, TNI, Polri, dan relawan masih berupaya melakukan pencarian korban di lokasi kejadian.
“Total korban meninggal sudah mencapai 45 orang, dan 59 lainnya masih dalam pencarian. Tim masih bekerja di titik-titik rawan reruntuhan,” ujar Abdul Muhari dikutip dari laporan resmi BNPB.
Proses evakuasi berlangsung sulit karena struktur bangunan yang tidak stabil dan kondisi cuaca yang kerap berubah. Tim penyelamat bahkan harus menggali manual di beberapa titik karena alat berat sulit menjangkau area dalam pondok yang tertutup puing.
Cerita dari Lapangan
Seorang relawan dari PMI Jawa Timur, Nurul Fadilah, menceritakan bahwa para petugas bergiliran masuk ke area reruntuhan dengan peralatan pelindung lengkap.
“Kami bekerja siang malam, beberapa korban masih bisa ditemukan dalam kondisi selamat, tapi banyak juga yang sudah tidak tertolong,” ujarnya.
Di lokasi kejadian, keluarga korban tampak menunggu di tenda-tenda darurat. Suasana duka menyelimuti kawasan pondok. Bau debu dan semen masih terasa menyengat, sementara suara alat berat terdengar dari kejauhan.
Pemeriksaan Penyebab Ambruknya Bangunan
Pihak Polda Jawa Timur telah menurunkan tim Laboratorium Forensik untuk menyelidiki penyebab runtuhnya bangunan. Dugaan sementara, struktur bangunan tidak mampu menahan beban tambahan dari renovasi atap yang baru dilakukan beberapa bulan terakhir.
Kapolda Jatim, Irjen Imam Sugianto, mengatakan penyelidikan sedang difokuskan pada kualitas bahan bangunan dan prosedur konstruksi.
“Kami akan memeriksa pihak-pihak yang terlibat dalam pembangunan pondok, termasuk kontraktor dan pengawas proyek,” tegasnya.
Sementara itu, Kementerian PUPR menyatakan siap membantu audit teknis bangunan pondok pesantren di seluruh Jawa Timur, untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Duka Nasional
Presiden Joko Widodo menyampaikan duka mendalam atas tragedi ini dan menginstruksikan pemerintah daerah untuk memberikan bantuan penuh kepada para korban.
“Negara hadir untuk memastikan evakuasi berjalan cepat dan semua korban mendapat penanganan terbaik,” ujar Jokowi dalam pernyataannya di Istana Bogor.
Bantuan logistik dan medis juga terus berdatangan dari berbagai daerah. Organisasi kemanusiaan, seperti Aksi Cepat Tanggap (ACT) dan Dompet Dhuafa, telah membuka posko bantuan untuk menampung kebutuhan para penyintas.
Harapan dan Doa dari Warga
Warga sekitar masih terus berdatangan ke lokasi untuk ikut membantu dan mengirim doa. Masjid-masjid di Sidoarjo menggelar salat gaib bagi para korban, sementara pemerintah kabupaten menetapkan tiga hari masa berkabung.
“Sidoarjo sedang berduka, tapi kami juga berterima kasih pada semua yang turun tangan membantu,” ujar Bupati Sidoarjo, Ahmad Muhdlor Ali, di lokasi kejadian.
Sementara itu, tim SAR berharap seluruh korban yang masih tertimbun dapat ditemukan secepatnya, sebelum kondisi bangunan semakin membahayakan.
Kesimpulan
Tragedi ambruknya pondok pesantren di Sidoarjo menjadi pengingat pentingnya pengawasan ketat terhadap kualitas bangunan pendidikan di Indonesia.
Dalam kesedihan yang mendalam, harapan terbesar kini tertuju pada keselamatan para korban yang masih hilang dan pemulihan para penyintas yang tengah berjuang di rumah sakit.