NewsViral

Jalan Buntu di Perbatasan: Kamboja dan Thailand Belum Sepakati Damai, ASEAN Harap-Harap Cemas

PHNOM PENH, kilatnews.id – Awan mendung masih menggelayuti langit diplomatik Asia Tenggara. Harapan agar ketegangan antara dua negara tetangga, Kamboja dan Thailand, segera mereda tampaknya harus tertahan. Laporan terbaru dari meja perundingan mengindikasikan bahwa kedua belah pihak masih “belum mau berdamai” secara penuh, mempertahankan ego nasional masing-masing di tengah situasi perbatasan yang kian sensitif.

Pertemuan tingkat tinggi yang diharapkan menjadi kunci pembuka gembok perdamaian justru berakhir tanpa terobosan berarti (deadlock). Baik Bangkok maupun Phnom Penh dilaporkan masih bersikeras dengan klaim teritorial mereka, membuat upaya mediasi yang didorong oleh negara-negara ASEAN lainnya berjalan di tempat.

Saling Kunci di Garis Depan

Sumber diplomatik menyebutkan bahwa hambatan utama perdamaian terletak pada syarat pra-syarat yang diajukan masing-masing pihak. Thailand menuntut penarikan mundur pasukan Kamboja dari zona sengketa sebagai syarat negosiasi, sementara Kamboja menolak hal tersebut dan menganggap kehadiran pasukannya adalah bentuk kedaulatan mutlak yang tak bisa ditawar.

Situasi di lapangan pun setali tiga uang. Laporan intelijen militer menunjukkan belum ada tanda-tanda de-eskalasi atau pengurangan personel tempur di titik-titik rawan sekitar kuil kuno yang menjadi pusat sengketa. Moncong senjata masih saling berhadapan, hanya dipisahkan oleh jarak beberapa ratus meter dan garis demarkasi yang kabur.

Dampak Ekonomi Mulai Terasa

Keras kepalanya kedua pemimpin negara mulai memakan korban, bukan dari peluru, melainkan dari terhenti sendinya ekonomi. Pos-pos lintas batas (border crossing) yang biasanya ramai oleh truk logistik dan wisatawan kini lengang, bahkan beberapa ditutup sementara demi alasan keamanan.

Para pedagang lokal mengeluhkan kerugian miliaran rupiah akibat barang dagangan yang tertahan. Sektor pariwisata, yang menjadi tulang punggung kedua negara, juga terpukul. Wisatawan mancanegara mulai membatalkan perjalanan lintas negara (overland) karena khawatir terjebak dalam konflik bersenjata yang bisa meletus sewaktu-waktu.

Ujian Berat Solidaritas ASEAN

Sikap “batu” Kamboja dan Thailand ini menjadi ujian berat bagi ASEAN di penghujung tahun 2025. Organisasi kawasan yang mengedepankan prinsip non-intervensi dan penyelesaian damai ini terancam kehilangan kredibilitas jika gagal mendamaikan dua anggotanya sendiri.

Indonesia, sebagai negara yang kerap memegang peran “Juru Damai”, terus melakukan diplomasi ulang-alik (shuttle diplomacy) di belakang layar. Menteri Luar Negeri RI dikabarkan intens menghubungi tolegan-koleganya di Bangkok dan Phnom Penh, mengingatkan bahwa perang terbuka hanya akan merugikan stabilitas kawasan yang saat ini sedang fokus pada pemulihan ekonomi global.

Dunia kini menanti, siapa yang akan berkedip lebih dulu: Thailand atau Kamboja? Ataukah letusan senjata yang akan memecah kebuntuan ini dengan cara yang paling tidak diinginkan?

Related Keywords: sengketa perbatasan preah vihear, militer thailand vs kamboja, asean summit 2025, krisis diplomatik asia tenggara, hun manet paetongtarn shinawatra.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *