Banjir Surut, Ribuan Kayu Gelondongan ‘Sita’ Pemukiman Ungkap Hutan Aceh yang Gundul
BANDA ACEH, kilatnews.id – Banjir bandang yang meluluhlantakkan sejumlah wilayah di Aceh perlahan mulai menampakkan “wajah” aslinya seiring surutnya air. Bukan hanya lumpur pekat setinggi lutut yang tertinggal, melainkan ribuan batang kayu gelondongan berukuran raksasa yang kini berserakan memenuhi bantaran sungai, jalan raya, hingga merangsek masuk ke dalam rumah warga. Pemandangan ini seolah menjadi “saksi bisu” yang menelanjangi fakta kerusakan parah hutan di wilayah hulu.
Kondisi pascabanjir ini memperlihatkan hamparan material kayu sisa hutan yang hanyut terbawa arus deras. Tumpukan kayu tersebut memblokir akses jalan dan jembatan, membuat proses pembersihan menjadi sangat sulit dan memakan waktu. Alat berat yang dikerahkan terlihat kewalahan memindahkan batang-batang pohon yang diameternya mencapai pelukan orang dewasa tersebut.
Indikasi Kuat Pembalakan Liar
Keberadaan kayu-kayu ini memicu kemarahan dan keprihatinan mendalam dari warga serta aktivis lingkungan. Pasalnya, banyak dari batang pohon tersebut memiliki ciri-ciri fisik yang mencurigakan. Ujung-ujung kayu terlihat memiliki potongan yang rapi dan presisi, sebuah tanda yang mengindikasikan penggunaan gergaji mesin (chainsaw), bukan patah secara alami akibat gerusan air atau angin.
Temuan ini memperkuat dugaan bahwa praktik pembalakan liar (illegal logging) dan alih fungsi hutan secara masif masih terus terjadi di kawasan penyangga ekosistem Aceh, seperti di sekitar Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Hutan yang seharusnya berfungsi sebagai spons alami penahan air kini telah gundul, menyisakan tanah labil yang tak mampu menahan curah hujan ekstrem. Akibatnya, air meluncur bebas membawa serta hasil tebangan liar tersebut menghantam pemukiman di hilir.
Warga Dihantui Rasa Was-was
Bagi warga terdampak, tumpukan kayu ini adalah teror ganda. Setelah rumah mereka direndam air, kini mereka harus menghadapi kenyataan bahwa tempat tinggal mereka hancur dihantam proyektil kayu. Material kayu ini tidak hanya merusak dinding beton, tetapi juga menghancurkan lahan pertanian yang menjadi sumber mata pencaharian utama.
Pemerintah daerah setempat kini didesak untuk tidak hanya fokus pada penanganan tanggap darurat, tetapi juga berani mengusut tuntas asal-usul kayu tersebut. Tragedi banjir kali ini bukan sekadar bencana alam biasa, melainkan bencana ekologis yang diperparah oleh tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab. Tanpa penegakan hukum yang tegas terhadap para perambah hutan di hulu, banjir bandang disertai kiriman kayu gelondongan dipastikan akan menjadi agenda tahunan yang mengerikan bagi rakyat Aceh.
