Menkomdigi Tegur Operator Seluler Usai Gangguan Internet di Ambon
Kilatnews.id — Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Budi Arie Setiadi menegur keras sejumlah operator seluler nasional setelah gangguan jaringan internet melanda wilayah Ambon dan sekitarnya sejak awal pekan ini.
Gangguan tersebut menyebabkan akses layanan publik, komunikasi masyarakat, hingga transaksi digital di sektor perbankan terganggu selama lebih dari 12 jam.
Menurut laporan resmi Kementerian Komunikasi dan Digital, gangguan disebabkan oleh kerusakan infrastruktur jaringan bawah laut (backbone fiber optik) yang menghubungkan Ambon dengan wilayah Sulawesi.
Namun, pemerintah menilai operator terlalu lamban memberikan informasi dan tanggapan kepada publik.
“Kami menyesalkan kurangnya transparansi dan respon cepat dari operator. Laporan gangguan masuk dari masyarakat jauh sebelum ada klarifikasi resmi,” ujar Budi Arie Setiadi di Jakarta, Rabu (8/10/2025).
Layanan Publik Lumpuh Sementara
Gangguan ini berdampak luas. Sejumlah layanan pemerintah daerah seperti pelaporan administrasi kependudukan online (Dukcapil), pembayaran pajak digital, dan akses e-learning sekolah sempat lumpuh.
Bahkan, aktivitas perbankan dan transaksi digital melalui e-wallet serta mobile banking ikut terganggu.
Salah satu warga, Dian Latuheru, mengeluhkan akses internet yang hilang hampir sepanjang hari.
“Sinyal sempat ada tapi internetnya seperti macet total. Aplikasi apapun tidak bisa dibuka, kerjaan jadi tertunda,” ujarnya kepada wartawan.
Beberapa operator seperti Telkomsel dan Indosat mengonfirmasi gangguan tersebut dan menyebut sedang melakukan rerouting data sementara melalui jaringan satelit dan microwave.
Meski begitu, pelanggan menilai proses pemulihan terlalu lambat dan komunikasi publik kurang jelas.
Menkomdigi: Harus Ada Sanksi dan Evaluasi
Menkomdigi menegaskan, kementeriannya tengah mengevaluasi performa operator seluler nasional, terutama dalam menangani insiden jaringan di wilayah timur Indonesia.
Ia menilai ada kesenjangan serius dalam kecepatan penanganan antara wilayah barat dan timur.
“Jangan sampai masyarakat di Indonesia Timur selalu jadi korban keterlambatan. Operator wajib memperlakukan seluruh wilayah secara adil,” tegas Budi Arie.
Kementerian juga meminta laporan lengkap dari masing-masing operator dalam waktu tujuh hari kerja, termasuk rencana perbaikan jangka panjang serta mekanisme kompensasi bagi pelanggan terdampak.
Menurut data Ditjen PPI (Pos dan Informatika), gangguan serupa sudah terjadi tiga kali dalam enam bulan terakhir di Maluku dan Papua, sebagian besar karena kabel bawah laut yang putus akibat aktivitas gempa dan kapal nelayan.
Operator Diminta Perkuat Infrastruktur Timur
Pemerintah menekankan pentingnya diversifikasi rute jaringan internet nasional agar tidak terjadi ketergantungan pada satu jalur kabel bawah laut.
Saat ini, sebagian besar koneksi Indonesia bagian timur masih bergantung pada jalur Makassar–Ambon–Sorong, yang membuat sistem rentan bila terjadi kerusakan.
Kemenkomdigi mendorong operator mempercepat proyek backup link melalui sistem Palapa Ring Timur, yang diklaim sudah rampung namun belum beroperasi penuh karena masalah teknis dan izin lahan di beberapa titik.
“Kami akan pastikan Palapa Ring benar-benar berfungsi sebagai tulang punggung digital nasional. Tidak boleh ada lagi blackout internet,” ujar Budi Arie.
Respon Operator dan Langkah Pemulihan
Pihak Telkom Indonesia dalam pernyataan tertulis mengakui gangguan terjadi akibat putusnya kabel laut pada segmen Sulawesi–Maluku, dan tim teknis sudah bergerak untuk memperbaiki jalur tersebut.
Sementara Indosat Ooredoo Hutchison dan XL Axiata menyebut sudah mengaktifkan jalur alternatif untuk pelanggan prioritas.
Hingga Kamis pagi (9/10), sebagian besar layanan di Ambon dilaporkan sudah berangsur normal, meski kecepatan internet masih fluktuatif.
Beberapa pelanggan melaporkan akses media sosial dan video conference masih mengalami buffering.
Digitalisasi Daerah Masih Rawan
Kejadian ini menunjukkan tantangan besar digitalisasi di Indonesia bagian timur.
Meski pemerintah gencar membangun infrastruktur digital nasional, disparitas kualitas jaringan antara Jawa dan luar Jawa masih terasa nyata.
Gangguan seperti di Ambon menjadi peringatan bahwa pembangunan jaringan tidak cukup hanya sebatas proyek, tetapi juga perlu kesiapan sistem monitoring dan tanggap darurat yang cepat.
“Transformasi digital bukan sekadar infrastruktur, tapi juga keandalan layanan,” kata pengamat telekomunikasi Heru Sutadi. “Kalau masyarakat sering kehilangan akses, kepercayaan terhadap layanan digital bisa menurun.”
Kesimpulan
Gangguan internet di Ambon membuka kembali isu klasik: kesenjangan digital antara barat dan timur Indonesia.
Dengan teguran resmi dari Menkomdigi, operator seluler kini dituntut membuktikan komitmen mereka terhadap pemerataan layanan dan transparansi publik.
Konsistensi pemerintah dalam mengawasi dan menindak operator akan menjadi kunci agar kejadian serupa tidak berulang.