Bencana Alam

Desa Sekumur Raib Diterjang Banjir Bandang, Hanya Masjid yang Tersisa

Sebuah bencana banjir bandang telah menghancurkan seluruh pemukiman di Desa Sekumur, Kecamatan Sekarak, Aceh Tamiang. Warga melaporkan bahwa desa tersebut kini “hilang” — hanya sebuah masjid yang masih berdiri di antara reruntuhan dan tumpukan kayu.

Menurut keterangan warga serta data lapangan, air bah diperkirakan setinggi antara 7 hingga 10 meter menerjang pada Kamis, 27 November 2025. Ketinggian ini diyakini menenggelamkan rumah-rumah warga secara mendadak.

Warga bernama Hendra, yang menjadi saksi mata peristiwa ini, mengatakan bahwa desa yang dulunya dihuni 280 rumah kini lenyap dalam sekejap.

“Rumah warga hilang terbawa banjir … Desa Sekumur lenyap dalam sekejap, hanya tersisa masjid,” ujarnya kepada media, Sabtu (6/12/2025).

Dampak bagi penduduk & kebutuhan mendesak

Seluruh warga kini mengungsi ke lokasi yang lebih tinggi. Mereka menghadapi tekanan besar: kehilangan tempat tinggal, dan kebutuhan mendesak akan bantuan logistik — seperti makanan, air bersih, pakaian, dan perlindungan darurat.

Beberapa laporan menyebut kondisi pengungsian mulai memprihatinkan — khususnya bagi anak-anak — akibat minimnya pasokan dan potensi penyakit.

Pihak pemerintah kabupaten melalui juru bicara, Agusliayana Devita, mengonfirmasi bahwa Desa Sekumur memang telah hilang diterjang banjir. Hingga kini, desa tersebut menjadi satu-satunya yang dikonfirmasi “lenyap” di wilayah Aceh Tamiang.

Bukti visual: satu masjid di tengah tumpukan puing

Dalam foto dan video yang beredar, terlihat sebuah masjid masih berdiri di tengah tumpukan kayu berbagai ukuran — yang tampak seperti sisa-sisa rumah dan struktur lain. Tidak tampak bangunan lain yang utuh di sekitarnya

Beberapa warga bahkan memanjat puing kayu atau bertahan di atas kayu guna menghindari air bah — menunjukkan betapa cepat dan brutalnya hantaman banjir tersebut.

Seruan bantuan: pengungsian & penanganan segera

Warga mengungsi secara massal, dan kondisi darurat membuat kebutuhan mendesak tak bisa ditunda. Mereka memerlukan bantuan cepat — baik logistik, medis, maupun dukungan pemulihan — agar tidak kerepotan akibat kehilangan tempat tinggal dan potensi kesehatan.

Pemerintah daerah dilaporkan telah menerima kabar tentang kehancuran Desa Sekumur. Namun proses evakuasi, distribusi bantuan dan penanganan pascabanjir belum sepenuhnya terealisasi untuk semua pengungsi.

Catatan: Bencana yang lebih luas

Tragedi ini terjadi di tengah gelombang bencana yang lebih besar — 2025 Sumatra floods and landslides — yang telah melanda sebagian wilayah Sumatra, termasuk Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Ribuan rumah hancur, ratusan orang tewas atau hilang, dan puluhan ribu penduduk mengungsi.

Pakarnya menggarisbawahi bahwa selain hujan deras dan faktor cuaca ekstrem, kerusakan lingkungan seperti deforestasi di area hulu memperparah dampak — karena menurunkan daya serap tanah dan mempercepat aliran air.


Penutup

Desa Sekumur kini menjadi simbol dari betapa cepat dan brutalnya bencana bisa merenggut kehidupan dan harta benda — meninggalkan hanya jejak masjid yang berdiri sendiri di tengah puing-puing. Warga yang selamat kini menghadapi tantangan besar: mengungsi, trauma, dan kebutuhan mendesak akan bantuan.

Kondisi ini menuntut respon cepat dari pemerintah dan lembaga kemanusiaan, agar rakyat yang kehilangan rumah bisa mendapatkan tempat tinggal sementara, makanan, air bersih, layanan kesehatan dan dukungan lainnya. Semoga bantuan segera tiba — dan korban yang terdampak bisa pulih secepat mungkin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *