KesehatanTrending

BGN Sebut Keracunan MBG di Bandung Barat “Di Luar Nalar”, Faktor Ayam Dibeli Sabtu Jadi Sorotan

Bandung, 27 September 2025 — Badan Geologi Nasional (BGN) menyebut kasus keracunan Massal Bahan Gizi (MBG) di Kabupaten Bandung Barat berada di luar nalar. Salah satu kejanggalannya adalah ayam yang diduga menjadi bahan baku sudah dibeli sejak hari Sabtu, namun baru dimasak pada hari Rabu. Kondisi semacam ini menimbulkan pertanyaan besar soal keamanan rantai pasok bahan makanan.

Menurut Wakil Kepala BGN, kejadian keracunan tersebut sulit dijelaskan secara normal. Dia menekankan bahwa dalam peristiwa keracunan massal, waktu penyimpanan, suhu, dan kontaminasi merupakan faktor kunci — dan skenario ayam dibeli Sabtu lalu diolah Rabu menciptakan celah besar bagi kontaminasi.

“Kalau ayam itu sudah dibeli Sabtu, lalu disimpan dan baru diolah Rabu, itu sudah di luar ekspektasi normal untuk konsumsi aman,” ujar Waka BGN dalam konferensi pers.


Kronologi Kejadian

Menurut laporan warga dan pihak berwenang:

  1. Beberapa orang mengonsumsi menu yang diduga sebagai MBG (menu berbahan gizi tinggi) di suatu lokasi di Bandung Barat.
  2. Beberapa hari kemudian, mereka mengalami gejala keracunan — mual, muntah, kram perut — sehingga beberapa di antaranya dilarikan ke rumah sakit.
  3. Penyelidikan memusatkan perhatian pada ayam sebagai bahan baku utama. Dari keterangan awal, ayam tersebut dibeli pada hari Sabtu, namun baru diolah menjadi menu panganan hari Rabu.
  4. BGN kemudian turun tangan untuk melakukan investigasi lingkungan, sampel mikrobiologi, dan pengambilan sampel bahan makanan dari lokasi kejadian.

Kejadian seperti ini segera menjadi perhatian publik karena disinyalir melibatkan kontaminasi bakteri atau racun biologis akibat kesalahan rantai pasok.


Penilaian BGN: “Di Luar Nalar”

Penggunaan istilah “di luar nalar” yang dikemukakan pihak BGN menunjukkan bahwa pola penyimpanan dan penggunaan bahan baku sangat tidak biasa jika dibandingkan standar keamanan pangan. Beberapa poin yang menjadi perhatian:

  • Waktu penyimpanan terlalu lama
    Ayam yang semestinya dikonsumsi dalam waktu wajar justru disimpan selama beberapa hari sebelum diolah.
  • Suhu penyimpanan dan sanitasi
    Bila penyimpanan dalam kondisi tidak ideal — misalnya suhu yang terlalu tinggi atau fasilitas penanganan yang kurang higienis — potensi pertumbuhan bakteri patogen akan meningkat pesat.
  • Kemungkinan kontaminasi silang atau toksin
    Di kondisi yang buruk, ayam bisa terkontaminasi jamur, racun mikrobia, atau bakteri seperti Salmonella, Clostridium, dan sebagainya.

Semua kondisi ini menjadi titik sorot dalam investigasi BGN.


Respons Pemerintah & Stakeholder

Setelah kasus terungkap, berbagai pihak turun tangan:

  • Pemerintah daerah Bandung Barat
    Dinas Kesehatan dan Dinas Pangan melakukan pengecekan ke lokasi kejadian, meminta data rantai pasok, dan mengamankan sampel bahan pangan dari lokasi yang mencurigakan.
  • Penegakan regulasi keamanan pangan
    Lembaga terkait diminta menelusuri apakah ada pelanggaran terhadap Peraturan Menteri Kesehatan tentang Keamanan Pangan atau UU Pangan.
  • Pihak pelaku usaha makanan
    Bentuk tanggapan usaha adalah menahan penjualan sementara, mengganti bahan baku, dan melakukan uji laboratorium mandiri untuk bahan makanan mereka.

BGN sendiri mengundang ahli mikrobiologi pangan untuk membantu identifikasi mikroba atau racun yang mungkin terlibat.


Tantangan Investigasi

Kasus seperti ini punya banyak tantangan teknis:

  • Degradasi sampel
    Bila waktu penyimpanan terlalu lama sebelum pengambilan sampel, kandungan mikroba atau toksin bisa sudah berubah, menyulitkan identifikasi asal pencemaran.
  • Jejak rantai pasok
    Menelusuri dari peternakan, distribusi, penyimpanan hingga produksi adalah proses panjang yang rentan putus di satu titik.
  • Variabilitas mikroba alami
    Ayam secara alami mengandung mikroba tertentu. Menentukan mana yang “normal” dan mana yang patogen butuh analisis laboratorium mendalam.
  • Faktor eksternal lingkungan
    Kondisi cuaca, kebersihan lingkungan masak, dan sanitasi dapur bisa memengaruhi kontaminasi, bukan hanya bahan baku.

Implikasi bagi Konsumen & Keamanan Pangan

Kasus ini menjadi peringatan keras: konsumen perlu semakin cermat memilih tempat makan, memastikan bahwa pangan diolah dalam kondisi bersih dan baru.

Bagi pengusaha makanan, penting sekali menjaga integritas rantai pasok — mulai dari pemilihan ayam segar, penyimpanan suhu rendah yang konsisten, kontrol kebersihan dapur, hingga waktu penyajian tidak terlalu lama.

Negeri ini masih punya tantangan dalam keamanan pangan, terutama di wilayah pedesaan atau kawasan luar kota yang fasilitasnya terbatas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *