FashionHiburan

Fashion Berkelanjutan: Tampil Beda dengan Identitas Khas di FESyar Bank Indonesia 2025

Surabaya, 17 September 2025 — Di tengah gelaran Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Bank Indonesia 2025, sustainable fashion atau mode berkelanjutan menjadi salah satu daya tarik utama. Bukan hanya soal pakai bahan ramah lingkungan, tapi bagaimana merek-mode lokal dan pengusaha muda mampu menawarkan nilai, identitas, dan narasi yang kuat agar tetap relevan di mata konsumen.


Identitas & Nilai: Yang Dijual Lebih dari Sekadar Pakaian

Dalam sesi talkshow di FESyar di Surabaya (14-15 September 2025), artis dan penulis Natasha Rizky menyebut bahwa dalam dunia fashion, konsumen tak hanya membeli produk, tapi identitas, cerita, dan value brand. Loyal customer, menurutnya, memilih merek yang selain estetik juga merefleksikan prinsip konsumen sendiri.

Salah satu contoh nyata muncul dari produk kain dan busana dari Kainkubiru, milik Muh. Thoyib dari Sukoharjo, Jawa Tengah. Produk-produknya memadukan estetika shibori dan pewarna alami (indigo), dengan teknik dan proses produksinya yang dia uji secara ilmiah — dari uji pH hingga viskositas. Semua ini dilakukannya agar konsumen mendapatkan produk berkualitas, aman, dan punya cerita kuat.


Shibori & Indigo: Teknik Tradisional dengan Sentuhan Modern

Muh. Thoyib menggunakan teknik shibori — teknik ikat celup dengan motif khas — dan pewarna alami yang bersumber dari tanaman Indigofera tinctoria. Warna indigo yang dihasilkan bukan hanya menarik secara visual, tapi memiliki akar budaya dan sejarah.

Thoyib juga menyebut bahwa penelitian akademiknya (saat kuliah S2 di Universitas Negeri Sebelas Maret) memberi inspirasi untuk menggunakan pewarna alami bukan hanya untuk estetika, tetapi juga potensi teknologi seperti sel surya berbasis pewarna alami (Dye Sensitized Solar Cells / DSSC). Meski ide teknologi belum bisa diaplikasikan secara utuh karena kendala kebijakan dan modal, outcome yang sekarang dijalankan tetap mengandung unsur inovasi.


Kepercayaan Konsumen Lewat Ilmu & Standar

Untuk membangun kepercayaan, Kainkubiru menetapkan standar pengujian ilmiah:

  • Uji pH dan viskositas agar warna dan tekstur kain konsisten dan tidak menyebabkan iritasi atau kerusakan setelah pemakaian.
  • Produk yang diuji laboratorium akan lebih mudah diterima pasar ekspor karena standar mutu menjadi salah satu syarat utama.

Konsistensi, baik nilai estetika, bahan aman, hingga identitas yang jelas, membuat brand-local bisa bersaing tidak hanya di pasar domestik tapi juga internasional. FESyar sendiri menjadi platform langsung untuk menunjukkan keunggulan seperti ini.


Kolaborasi sebagai Upaya Perluasan Pasar

Melalui kolaborasi, Kainkubiru makin mampu menembus pasar luar. Misalnya, produk-produk dengan motif indigo dan teknik shibori berkolaborasi dengan Batik Widayati untuk memperluas distribusi ke luar negeri — Singapura, Jepang, dan Kanada disebut sebagai target pasar.

Kolaborasi seperti ini memungkinkan dialog budaya & estetika terjadi antara brand lokal dengan pasar global, sekaligus memberi pembelajaran tentang standar ekspor, distribusi, dan branding internasional.


Kesulitan & Kendala dalam Sustainable Fashion

Meski ada banyak peluang, ada juga tantangan nyata yang harus diperhitungkan:

  1. Modal & Kebijakan
    Pewarna alami dan teknik tradisional seringkali membutuhkan modal awal yang besar, terutama dalam pengujian mutu dan validasi standar. Kebijakan pemerintah dalam hal dukungan juga disebut masih belum sepenuhnya memfasilitasi.
  2. Skala Produksi
    Produksi yang berkelanjutan kadang sulit ditingkatkan ke skala yang lebih besar tanpa kehilangan kualitas atau keunikan motif. Brand kecil terutama punya tantangan besar dalam menjaga konsistensi sekaligus volume.
  3. Kesadaran Konsumen
    Tidak semua konsumen mengerti perbedaan antara produk fast fashion vs sustainable fashion. Narasi dan edukasi harus terus dilakukan agar pembeli menghargai nilai tambahan dari identitas khas dan proses produksi ramah lingkungan.
  4. Standar & Sertifikasi
    Untuk ekspor dan penerimaan pasar premium, selain estetika, diperlukan sertifikasi mutu, keamanan bahan, regulasi pewarna, dan lain-lain. Semua ini memerlukan proses, biaya, dan perhatian ekstra.

Pengaruh FESyar dalam Memacu Sustainable Fashion

Festival seperti FESyar Bank Indonesia bukan sekadar pameran, melainkan arena edukasi & pemasaran bagi pelaku fashion yang berfokus pada sustainability. Beberapa pengaruhnya:

  • Memberi ruang untuk brand lokal menunjukkan keunikan mereka dan “narasi” di balik produk mereka.
  • Menghubungkan produsen dengan pasar yang lebih luas termasuk kemungkinan ekspor dan retailer internasional.
  • Mendorong modal narasi identitas, karena konsumen mulai mencari tidak cuma penampilan tapi juga pesan dan nilai.

Kesimpulan: Sustainable Fashion sebagai Masa Depan Mode Lokal

Sustainable fashion di FESyar Bank Indonesia 2025 menunjukkan arah yang positif: bahwa konsumen semakin menghargai identitas, nilai, estetika, dan keberlanjutan dalam produk fashion. Brand-mode lokal seperti Kainkubiru, dengan teknik pewarnaan alami dan narasi ilmiah, menunjukkan bahwa produksi yang lembut terhadap lingkungan bisa tetap menjual jika memiliki identitas dan kualitas.

Untuk ke depan, brand yang ingin bertahan harus konsisten di aspek produksi, mutu, identitas, dan edukasi konsumen. Pemerintah dan pelaku terkait juga diharapkan memperkuat kebijakan, insentif, serta dukungan usaha kecil menengah agar sustainable fashion tidak menjadi tren sesaat tapi bagian dari ekosistem fashion Indonesia yang modern dan berkelanjutan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *