FashionHiburan

Festival Seni Tradisional Makassar Angkat Fashion Show & Pameran Tenun, Warisan Budaya Diproyeksikan Bangkitkan Ekosistem Lokal

Makassar, Sulawesi Selatan — Festival Seni Tradisional yang digelar di Makassar Jumat (12 September 2025) menyuguhkan ragam kegiatan budaya yang memikat: fashion show, pameran tenun, dan pertunjukan seni tradisional dengan tema wastra. Acara ini merupakan kolaborasi antara Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah XIX dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) setempat, yang bertujuan membangun serta merevitalisasi warisan budaya tenun dan kain tradisional di tengah dinamika budaya dan perubahan zaman.


Wajah Baru Tenun Tradisional di Catwalk & Pameran

Pameran tenun dari berbagai daerah ditampilkan secara khusus dalam festival ini. Pengunjung dapat menyaksikan kain-kain tradisional dengan pola, warna, dan teknik menjahit yang khas tiap daerah—mulai dari motif Bugis-Makassar yang ikonik hingga tenun dari wilayah Sulawesi lainnya.

Tak sekadar dipamerkan, tenun-tenun tersebut juga dijadikan bahan dalam fashion show. Peserta lomba peragaan busana memakai karya berbasis tenun sebagai bahan utama busana mereka. Model berjalan di catwalk mengenakan kreasi yang menggabungkan elemen tradisional dan kontemporer, sehingga memperlihatkan bagaimana warisan wastra bisa diadaptasi dalam gaya masa kini.


Budaya & Ekosistem Budaya yang Diperkuat

Penyelenggaraan festival ini bukan semata estetika, tetapi bagian usaha membangun ekosistem pemajuan kebudayaan. Ada beberapa aspek penting yang menjadi sorotan:

  • Pelestarian keahlian tenun: bukan hanya memamerkan, tetapi juga mendorong keberlanjutan industri tenun—termasuk menghidupkan kembali perajin lokal, menguatkan produksi lokal, dan membuka jalur pemasaran yang lebih luas.
  • Pertukaran budaya dan gotong-royong komunitas: acara melibatkan pelaku budaya, perajin, desainer lokal, dan generasi muda agar mereka terlibat langsung dalam proses pelestarian.
  • Nilai edukatif: pengunjung—terutama anak muda—berkesempatan melihat langsung proses pembuatan tenun, memahami makna motif, warna, filosofi kain tradisional, dan bagaimana budaya tersebut mencerminkan identitas daerah.

Seni Tradisional sebagai Platform Identitas Lokal

Dalam festival ini, seni tradisional tampil bukan sebagai sesuatu yang “kuno”, melainkan identitas lokal yang hidup. Pentas seni tradisional mengiringi pameran dan fashion show, membawa unsur musik, tarian, dan ritual lokal yang terkait wastra. Semua ini menjadi rangkaian yang memperkuat kesadaran publik terhadap budaya lokal dan urgensi menjaga keaslian sementara tetap mengakomodasi inovasi.


Tantangan & Peluang ke Depan

Meski festival ini memberi nuansa optimistis, ada tantangan nyata yang harus dihadapi agar pelestarian budaya tenun tidak sekadar seremonial:

  • Skala produksi dan daya beli: Tenun tradisional seringkali mahal dalam produksi dan rentan terhadap harga pasar, sehingga generasi muda atau konsumen urban perlu diperkenalkan pada nilai budaya agar mau menghargai karya lokal.
  • Inovasi desain dan adaptasi: Tenun perlu terus diperbaharui dalam desain agar tetap relevan dengan selera konsumen modern—tetapi tanpa menghilangkan karakteristik lokal yang membuatnya unik.
  • Ketersediaan akses pasar: pemasaran digital, e-commerce, kolaborasi dengan desainer, butik lokal, dan dukungan pemerintah daerah diperlukan agar wastra bisa menjangkau pasar nasional dan internasional.
  • Sumber daya manusia dan pelatihan keterampilan: regenerasi perajin dan desainer lokal harus dipupuk; pelatihan teknik tenun, pewarnaan alami, finishing kain, hingga manajemen produksi dan pemasaran perlu dikuatkan.

Reaksi Publik & Budaya Lokal

Festival ini disambut antusias oleh masyarakat Makassar dan pendatang. Beberapa komentar dari pengunjung:

“Senang sekali melihat motif tenun Bugis dipakai dalam fashion show, terasa bangga sebagai orang Makassar.”

“Pameran ini membuka wawasan saya — motif dan teknik tenun tidak sekadar kain, ada cerita di baliknya.”

Generasi muda terutama tampak antusias, baik sebagai pengunjung maupun fotografer/penggiat budaya yang mengabadikan momen. Media sosial menjadi media pendukung penting: foto-foto karya tenun, video fashion show, dan postingan tentang makna wastra ramai dibagikan.


Dampak Ekonomi dan Konsumerisme Budaya

Selain sebagai ruang apresiasi budaya, festival seperti ini juga punya potensi ekonomi:

  • Mendorong usaha kecil (UMKM) tenun untuk mendapatkan pesanan lebih besar atau kolaborasi dengan desainer.
  • Menumbuhkan pasar wisata budaya, di mana pengunjung festival dari luar kota atau luar provinsi bisa menjadi salah satu target.
  • Meningkatkan kesadaran konsumen akan produk lokal yang berkualitas dan bernilai budaya, yang bisa mendorong permintaan yang berkelanjutan.

Kesimpulan

Festival Seni Tradisional di Makassar, dengan fashion show dan pameran tenun sebagai inti acara, bukan hanya memanjakan mata tapi menyampaikan pesan penting: budaya lokal adalah aset yang hidup, yang harus terus dipelihara, diperbaharui, dan dibanggakan.

Dengan kolaborasi antara pemerintah, lembaga budaya, perajin, desainer, dan masyarakat, warisan tenun bisa terus lestari—tidak menjadi benda museum, tapi bagian dari kehidupan sehari-hari, gaya, identitas, dan ekonomi lokal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *