Balikpapan Siap Jadi Pusat Fashion Kalimantan: 12 Pembatik Akan Digembleng di Solo
BALIKPAPAN, 10 September 2025 – Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Balikpapan tengah merancang sebuah inisiatif ambisius untuk mentransformasi sektor kerajinan lokal khususnya batik, dengan visi menjadikan kota ini sebagai pusat fashion di Kalimantan. Langkah awalnya: mengirim 12 pembatik — perajin batik handal — ke Solo untuk kemudian mendapatkan pelatihan intensif dan transformasi teknik.
Strategi Modernisasi Perajin Lokal
Robi Ariadi, Kepala Kantor Perwakilan BI Balikpapan, menjelaskan bahwa pelatihan di Solo bertujuan memperluas wawasan para pembatik dengan teknik lebih fleksibel. Selama ini, banyak desain batik di Balikpapan masih terpaku pada pola tradisional yang penuh aturan — seperti motif harus selalu dilipat atau memiliki bentuk tertentu. Namun, tren pasar saat ini menuntut inovasi dan keunikan. Solo, sebagai pusat batik kontemporer yang dinamis, menjadi tempat ideal untuk mentransformasi pola pikir tersebut.
Tekad Menjadi Kota Fashion Kalimantan
Batik telah lama dihormati sebagai warisan budaya Nusantara. Untuk menggenjot perannya sebagai produk unggulan dan membuka peluang ekonomi kreatif, Balikpapan ingin membentuk sebuah ekosistem industri fashion lokal yang kuat dan adaptif. Melalui pelatihan langsung dari sumber — yaitu Solo — diharapkan perajin bisa menciptakan motif baru yang relevan, menjembatani tradisi dan modernitas.
Rencana ini bukan semata pelatihan teknik; yang lebih penting adalah merangsang kreativitas dan kebebasan berekspresi para pembatik agar hasil karyanya mampu menarik konsumen era milenial hingga Gen Z yang mendambakan sesuatu otentik, namun kontemporer.
Potensi Pasar dan Manfaat Ekonomi Betawi
Dengan mengembangkan batik khas Kalimantan dari Balikpapan — yang mungkin menggabungkan elemen lokal seperti flora, fauna, atau ragam motif etnik setempat — BI berharap bukan sekadar menciptakan produk, melainkan menciptakan branding kuat untuk Balikpapan. Branding ini akan membuka peluang baru di pasar domestik maupun internasional.
Pemolesan kualitas juga diharapkan berdampak pada peningkatan daya saing produk UMKM di pasar ritel mode dan fashion show. Selain itu, model penggemblengan semacam ini dapat diadopsi sebagai blueprint pengembangan industri kreatif di kota-kota lain di luar Jawa.
Desain Batik: Dari Kekakuan ke Dinamika
Menurut BI, salah satu hambatan utama di dunia perbatikan lokal adalah konservatisme desain. Para perajin sering merasa “terjebak” oleh pakem yang sama dari generasi ke generasi. Di sisi lain, pasar terus berubah: konsumen mendambakan motif yang ekspresif, berani, dan berpadu budaya—baik tradisional maupun modern. Solo, dengan sejarah panjang dan pergulatan desain kontemporer, adalah laboratorium ideal untuk eksperimen.
Pelatihan ini tidak hanya fokus teknik membatik, tetapi juga pendekatan kreatif: digitalisasi motif, pemanfaatan warna-warna tren, hingga eksplorasi bahan baru. Semua bertujuan agar batik Balikpapan memiliki identitas unik sekaligus relevan.
Kontribusi terhadap UMKM dan Pemerataan Ekonomi
BI Balikpapan melihat potensi besar dari UMKM batik lokal dalam mendorong perekonomian daerah, termasuk memperluas lapangan kerja dan meningkatkan omzet. Dengan peningkatan kualitas dan estetika, produk UMKM berpeluang menembus pasar nasional dan bahkan global.
Selain itu, pelatihan di Solo juga membawa efek transferring knowledge: para pembatik di Balikpapan dapat kembali sebagai pelatih bagi kelompok lokal lainnya. Hal ini menguatkan jejaring pelatihan terbuka (open-source training) yang membangun capacity🕊.
Tantangan dalam Transformasi Budaya
Tentu, merubah mindset bukan perkara mudah. Ada tantangan budaya dan psikologis: tidak semua perajin siap meninggalkan kenyamanan desain turun-temurun. Perlu pendekatan bertahap—mengedepankan kolaborasi desain antara senior dan junior, serta membangun prototipe produk bersama.
Selain itu, dukungan pemerintah daerah (pemprov) dan stakeholders seperti pelaku industri fashion, asosiasi UMKM, serta marketplace digital juga dibutuhkan untuk memfasilitasi distribusi dan pemasaran produk hasil pelatihan.
Prospek Jangka Panjang: Balikpapan Fashion Hub
Jika inisiatif ini berhasil, Balikpapan berpotensi menjadi barometer mode Batik Kalimantan modern. Kota ini bisa menyelenggarakan fashion weeks khusus, menjalin kerja sama dengan desainer dari Bali, Bandung, hingga Jakarta, sekaligus mengundang pembeli dan trader fashion Nusantara.
Pelan-pelan, Balikpapan bisa memasuki lingkup creative city, di mana batik bukan sekadar pakaian tapi juga simbol identitas transformatif budaya. Dalam jangka panjang, ekonomi kreatif ini bisa menunjang pariwisata, melahirkan museum batik kontemporer, hingga membuka peluang kolaborasi lintas sektor seperti hospitality dan event management.
Penutup
Inisiatif penggemblengan 12 pembatik Balikpapan di Solo bukan hanya soal transfer teknik—ini adalah lompatan strategis untuk memadukan tradisi, estetika modern, dan ekonomi kreatif. Jika dikelola dengan tepat, Balikpapan berpeluang besar menjadi pusat fashion Kalimantan dengan ciri khas batik kontemporer yang kaya sejarah dan relevan zaman.
