Kriminalitas

Prabowo Pertimbangkan Hidupkan Lagi Siskamling, Ini Alasan dan Dampaknya

Presiden RI mengungkapkan niatnya untuk menghidupkan kembali program Sistem Keamanan Lingkungan (Siskamling) sebagai respons atas maraknya aksi anarkis yang terjadi beberapa waktu lalu. Wacana ini muncul setelah kericuhan massa di sejumlah wilayah yang dinilai telah mengancam ketertiban umum.

Pertanyaan pun bermunculan: apakah Siskamling masih relevan di era digital seperti sekarang? Atau justru menjadi solusi atas menurunnya rasa tanggung jawab sosial di lingkungan masyarakat?

Aksi Anarkis Jadi Titik Balik

Pekan lalu, sejumlah daerah di Indonesia diguncang oleh aksi massa yang berujung pada kekerasan dan perusakan fasilitas umum. Peristiwa ini menjadi alarm keras bagi pemerintah soal lemahnya kontrol sosial di tingkat komunitas.

Prabowo, dalam sebuah pernyataan usai rapat terbatas, menegaskan bahwa rasa aman adalah fondasi utama pembangunan. Jika warga tidak merasa aman, maka semua program pembangunan bisa terganggu.

“Masyarakat harus ikut serta menjaga keamanan di lingkungannya. Kita akan pertimbangkan kembali program Siskamling,” ujar Prabowo seperti dikutip dari Inilah.com.


Apa Itu Siskamling dan Mengapa Penting?

Siskamling atau Sistem Keamanan Lingkungan adalah program pengamanan berbasis masyarakat yang populer sejak era Orde Baru. Melalui program ini, warga dilibatkan dalam ronda malam, pelaporan kegiatan mencurigakan, hingga pencegahan tindak kriminal di lingkungan masing-masing.

Meskipun sempat meredup, nilai-nilai di balik Siskamling sejatinya sangat relevan: gotong royong, kepedulian, dan rasa tanggung jawab kolektif.

Seperti dijelaskan di kilatnews.id, “Siskamling bukan hanya soal ronda malam, tapi tentang membangun rasa kebersamaan di tengah masyarakat yang makin individualistik.”


Kutipan Ala-Ala: Keamanan Bukan Sekadar Tugas Polisi

“Kalau semua orang merasa aman di rumahnya, maka negara tidak perlu terlalu banyak pasukan di jalan.”
— A. Wirawan, pengamat kebijakan publik

Kutipan ini menggarisbawahi bahwa keamanan bukan cuma tugas aparat, tapi juga hasil dari kesadaran kolektif warga.


Tantangan di Era Modern

Namun, tantangan terbesar saat ini adalah perubahan gaya hidup masyarakat. Di kota-kota besar, warga tinggal di apartemen, kompleks tertutup, atau lingkungan yang sibuk dan minim interaksi sosial.

Bagaimana program Siskamling bisa diterapkan dalam konteks seperti ini?

Analis keamanan, Fajar Nurdin, mengatakan bahwa Siskamling versi baru harus mengakomodasi teknologi dan kebiasaan modern. Bukan sekadar ronda jalan kaki, tapi bisa berupa:

  • Grup WhatsApp warga untuk laporan cepat
  • Kamera CCTV terintegrasi
  • Aplikasi pelaporan warga
  • Pelatihan dasar keamanan lingkungan berbasis komunitas

Dengan pendekatan modern, program ini bisa menjangkau masyarakat urban maupun pedesaan.


Dukungan dan Skeptisisme Publik

Respon masyarakat terhadap wacana ini cukup beragam. Sebagian besar menyambut baik, apalagi di daerah rawan kriminalitas. Namun ada juga yang skeptis, menganggap wacana ini sekadar pencitraan atau romantisme masa lalu.

“Ronda itu udah nggak relevan sekarang. Yang penting itu polisi kerja bener, bukan nyuruh warga begadang tiap malam,” tulis salah satu netizen di media sosial.

Namun, ada pula yang optimis:

“Kalau dilakukan dengan cara baru, saya yakin warga mau kok bantu. Asal jangan dipaksain dan jelas tujuannya,” kata Denny, warga Bekasi.


Perlu Regulasi dan Pendekatan Humanis

Jika wacana ini jadi dijalankan, maka pemerintah perlu membuat kerangka hukum dan kebijakan yang jelas. Misalnya:

  • Tidak ada unsur pemaksaan
  • Perlindungan hukum untuk warga yang terlibat
  • Dukungan anggaran untuk fasilitas keamanan (senter, HT, jaket, dll)
  • Pelibatan RT/RW dan tokoh masyarakat

Yang tak kalah penting adalah pendekatan edukatif dan humanis, bukan militeristik atau instruksional dari atas ke bawah.


Relevansi Siskamling dalam Stabilitas Sosial

Kita tidak bisa menutup mata: konflik horizontal, intoleransi, dan perpecahan sosial meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Program seperti Siskamling bisa menjadi ruang rekonsiliasi sosial, di mana warga yang berbeda pandangan bisa bekerja sama demi keamanan bersama.

Dalam konteks ini, Siskamling bukan sekadar alat keamanan, tapi alat pemersatu sosial.


Penutup: Antara Nostalgia dan Kebutuhan Nyata

Wacana menghidupkan kembali Siskamling oleh Menhan Prabowo bukan sekadar mengulang masa lalu. Ini adalah bentuk evaluasi terhadap kondisi sosial hari ini yang mulai kehilangan ikatan komunal.

Apakah wacana ini akan diterima dan dijalankan dengan baik? Itu tergantung pada bagaimana pemerintah membungkusnya: apakah sebagai program kolaboratif dan modern, atau hanya sekadar seremonial.

Yang jelas, keamanan bukan tanggung jawab satu pihak. Negara butuh warganya, dan warga pun butuh negara.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *