Polusi Udara dan Risiko Demensia: Studi Johns Hopkins Beberkan Bahaya Tersembunyi
Jakarta, 7 September 2025 – Penelitian terbaru oleh para ilmuwan dari Johns Hopkins Medicine memperingatkan bahwa polusi udara, terutama partikulat PM2.5, bukan hanya ancaman bagi paru-paru dan jantung, namun juga dapat meningkatkan risiko demensia. Studi ini membuka jalur baru dalam memahami bagaimana faktor lingkungan merusak fungsi otak.
Latar Belakang dan Tujuan Penelitian
Dilansir MetroTVNews, studi yang dipublikasikan di jurnal Science pada 4 September 2025 ini merupakan hasil riset selama satu dekade yang menghubungkan paparan PM2.5—partikel halus—dengan gangguan neurodegeneratif seperti Demensia Lewy Body (DLB) dan penyakit Parkinson. Paparan PM2.5 berasal dari aktivitas industri, pembakaran perumahan, kebakaran hutan, hingga emisi kendaraan.
Data Klinis: Kaitan Paparan PM2.5 dan Demensia
Analisis terhadap 56,5 juta pasien di Amerika Serikat (2000–2014) mengungkap bahwa setiap peningkatan interkuartil konsentrasi PM2.5 di area tempat tinggal pasien berkorelasi dengan:
- Peningkatan risiko demensia Parkinson sebesar 17 persen
- Peningkatan risiko demensia DLB sebesar 12 persen
Angka ini menunjukkan keterkaitan signifikan antara kualitas udara buruk dan risiko neurodegenerasi.
Eksperimen pada Hewan: Bukti Biologis
Peneliti melakukan eksperimen terhadap tikus, termasuk tikus normal dan tikus transgenik dengan mutasi gen manusia terkait Parkinson, yang dipaparkan PM2.5 setiap dua hari selama 10 bulan.
Hasil utama:
- Tikus normal menunjukkan atrofi otak, kematian sel saraf, dan gangguan kognitif—gejala mirip DLB.
- Tikus transgenik (hA53T) setelah lima bulan paparan PM2.5 menunjukkan pembentukan kantong alfa-sinuklein luas dan penurunan kognitif.
- Protein alfa-sinuklein membentuk gumpalan dengan struktur berbeda dari akibat penuaan alami.
Penemuan Galur Baru Lewy Bodies & Implikasinya
Menurut Xiaobo Mao, associate professor at Johns Hopkins, peneliti berhasil mengidentifikasi galur baru badan Lewy yang terbentuk akibat polusi udara—mirip namun berbeda secara struktural dari yang terjadi secara alami.
Menurut Ted Dawson, kolaborator penelitian, temuan ini membuka peluang pengembangan target obat spesifik untuk memperlambat progresi penyakit neurodegeneratif.
Konsistensi Universa: Dampak Polusi dari Berbagai Wilayah
Menariknya, eksperimen menggunakan sampel PM2.5 dari Tiongkok, Amerika Serikat, dan Eropa menghasilkan dampak serupa—membuktikan bahwa polusi global berkontribusi terhadap penumpukan protein beracun dan perubahan ekspresi gen terkait demensia.
Signifikansi: Mengungkap Mekanisme Molekuler Lingkungan → Demensia
Temuan ini memperkuat bukti ilmiah mengenai hubungan molekuler antara polusi udara dan penyebaran demensia, khususnya DLB. Studi ini menjadi pijakan penting bagi langkah preventif dan pengembangan terapi.
Ringkasan Poin Utama
Aspek Penelitian | Hasil Utama |
---|---|
Data klinis (pasien) | PM2.5 meningkatkan risiko demensia Parkinson (17%) dan DLB (12%) |
Bukti eksperimental | Tikus menunjukkan atrofi otak, penumpukan alfa-sinuklein, dan gangguan kognitif |
Temuan baru Lewy Bodies | Galur unik terbentuk akibat polusi, membuka jalur terapi |
Relevansi global | Dampak serupa ditunjukkan oleh polusi dari berbagai wilayah dunia |
Kesimpulan & Implikasi
Penelitian ini merupakan peringatan keras: polusi udara bukan sekadar ancaman pernapasan—namun juga saraf dan kognitif. Mekanisme molekuler seperti pembentukan galur protein alfa-sinuklein yang berhubungan dengan DLB memicu urgensi kebijakan lingkungan yang lebih ketat.
Lebih dari itu, temuan ini membuka harapan pengembangan terapi demensia berbasis target molekuler yang spesifik, sekaligus memperkuat pentingnya mitigasi polusi udara di kota-kota besar.
