Berita MalamNewsViral

Tragedi Ponpes Al-Khoziny Ambruk: 65 Santri Tewas, Evakuasi Masih Berlanjut

Sidoarjo — Suasana duka masih menyelimuti Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, setelah bangunan Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny di kawasan Taman, Sidoarjo, ambruk pada Jumat (4/10) sore.
Hingga Sabtu malam, jumlah korban meninggal dunia mencapai 65 orang, sementara puluhan lainnya masih dirawat akibat luka berat dan ringan di berbagai rumah sakit di sekitar lokasi kejadian.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen Suharyanto, menyebut jumlah korban kemungkinan masih bisa bertambah.
“Evakuasi masih terus dilakukan. Berdasarkan data terakhir, 65 orang meninggal dunia dan 32 lainnya luka-luka. Kami menduga masih ada korban tertimbun di sisi barat bangunan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Sabtu malam.


Bangunan Runtuh Saat Santri Tengah Mengaji

Insiden tragis ini terjadi sekitar pukul 16.15 WIB, ketika ratusan santri tengah mengikuti kegiatan sore di ruang utama ponpes.
Menurut keterangan saksi mata, suara retakan terdengar beberapa detik sebelum atap dan tembok bagian tengah roboh.

“Awalnya cuma terdengar bunyi seperti genting pecah. Tiba-tiba semuanya runtuh, debu tebal, orang-orang berteriak,” kata Ahmad Fauzi (17), salah satu santri yang selamat dengan luka di kepala.

Sebagian besar korban merupakan santri berusia 13–18 tahun yang tinggal di asrama dua lantai.
Reruntuhan terbesar berada di area tengah ponpes, di mana aktivitas belajar mengaji biasanya berlangsung setiap sore.


Tim SAR Buat Jalur Evakuasi Tambahan

Evakuasi korban dilakukan oleh tim gabungan dari Basarnas, TNI, Polri, relawan, dan warga setempat.
Karena struktur bangunan yang padat dan sempit, tim SAR terpaksa membuat gorong-gorong darurat di sisi selatan ponpes untuk menjangkau ruang bawah tanah yang tertimbun reruntuhan.

“Fokus utama kami adalah menyelamatkan korban yang masih hidup. Tantangan terbesar adalah puing-puing bata yang berat dan area yang rawan longsor,” kata Koordinator Lapangan Basarnas Surabaya, M. Arif Wibowo.

Proses evakuasi dilakukan secara manual dibantu alat berat, dengan pencarian diperpanjang hingga dini hari.
Warga sekitar diminta menjauh dari lokasi karena risiko bangunan tambahan yang masih rapuh.


Pemerintah Turun Langsung

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono memerintahkan investigasi menyeluruh terhadap struktur bangunan ponpes.
Indikasi awal menunjukkan bahwa pondasi dan rangka atap tidak sesuai standar bangunan bertingkat.

“Kami menemukan banyak bagian kolom tanpa tulangan besi memadai. Ini tidak boleh terjadi di bangunan yang menampung ratusan orang,” tegas Basuki di lokasi.

Presiden Joko Widodo juga menyampaikan duka cita mendalam melalui akun resmi X (Twitter)-nya, menyebut bahwa pemerintah akan menanggung seluruh biaya pengobatan dan santunan bagi korban.

Sementara itu, Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali menetapkan status tanggap darurat bencana selama tujuh hari ke depan dan menyiapkan posko pengungsian di halaman kantor kecamatan Taman.


Santri yang Selamat: “Saya Tertimbun, Hanya Bisa Berdoa”

Kisah haru datang dari Rizky Anwar (15), seorang santri yang berhasil diselamatkan setelah tertimbun selama hampir dua jam.

“Saya pikir sudah mati. Di bawah batu, gelap sekali, cuma dengar teman nangis dan istighfar,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca di RSUD Sidoarjo.

Rizky ditemukan berpelukan dengan dua rekannya yang telah meninggal dunia.
Tim medis menyebut ia selamat karena posisi tubuhnya terlindung tumpukan papan kayu.


Duka dan Doa dari Berbagai Kalangan

Ungkapan belasungkawa mengalir dari berbagai pihak, termasuk organisasi keagamaan besar seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf, menyampaikan doa bagi para korban dan mendesak pemerintah untuk memperketat pengawasan izin pembangunan pondok pesantren.

“Keselamatan para santri adalah tanggung jawab bersama. Jangan ada lagi tragedi akibat kelalaian teknis bangunan,” tegasnya.

Sementara itu, masyarakat di sekitar ponpes memasang lilin dan membaca doa bersama di tepi jalan utama Taman, Sidoarjo, sebagai tanda duka.


Rencana Pemeriksaan dan Bantuan

Pihak kepolisian telah memeriksa pengelola ponpes dan kontraktor pembangunan, termasuk mandor proyek renovasi yang dilakukan tahun lalu.
Hasil sementara menunjukkan adanya penambahan struktur bangunan tanpa izin resmi dari Dinas Cipta Karya.

BNPB juga mengirimkan bantuan logistik berupa tenda, makanan siap saji, serta alat penerangan untuk operasi malam hari.
Selain itu, Kementerian Sosial menyiapkan bantuan santunan Rp15 juta bagi keluarga korban meninggal dan Rp5 juta bagi korban luka berat.


Catatan Tragedi Serupa

Peristiwa ini menjadi insiden pondok pesantren roboh paling mematikan dalam satu dekade terakhir di Indonesia.
Sebelumnya, pada 2023, bangunan asrama santri di Lombok Timur runtuh akibat gempa, menewaskan 9 orang.
Kasus di Sidoarjo memperlihatkan bahwa keselamatan bangunan pendidikan berbasis komunitas masih menjadi isu serius di banyak daerah.

Pakar konstruksi dari ITS Surabaya, Dr. Bambang Suhendro, menilai bahwa sebagian besar pondok pesantren di Jawa Timur masih dibangun tanpa perencanaan teknik memadai.

“Banyak yang dibangun gotong royong tanpa pengawasan profesional. Ketika jumlah santri bertambah, struktur lama tidak kuat menanggung beban tambahan,” ujarnya.


Penutup: Antara Duka dan Tanggung Jawab

Tragedi Ponpes Al-Khoziny bukan hanya duka kemanusiaan, tapi juga peringatan keras tentang lemahnya pengawasan infrastruktur pendidikan di tingkat akar rumput.
Setiap bata yang runtuh di Sidoarjo bukan sekadar kegagalan fisik, tapi cermin dari sistem yang lalai menjaga keselamatan generasi muda.

Tim SAR masih bekerja sepanjang malam, sementara sirene ambulan silih berganti meninggalkan lokasi.
Di antara reruntuhan bata dan kitab suci yang berserakan, doa-doa untuk para santri terus mengalun — seolah mengingatkan bahwa di balik tragedi, selalu ada panggilan untuk memperbaiki.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *